Seblang
Upacara adat tradisional Seblang dilakukan pada waktu tertentu, sehingga pesan yang mengandung nilai-nilai kehidupan harus di ulang terus-menerus demi terjaminnya kepatuhan para warga terhadap pranata sosial, antara lain kerukunan dan kedamaian yang sepenuhnya antar sesama warga, bukan hanya besifat normative sebagai bentuk upacara yang seremonial, sebab dalam upacara adat tradisional Seblang yang diselenggarakan itu sebagai upaya manusia untuk mencapai integritas budaya dan kebudayaannya. Agar terjadi kegoncangan di lingkungan masyarakat, untuk mencapai keseimbangan hidup antar sesama.
Upacara adat tradisional Seblang, adalah sebuah tarian yang penarinya tidak sadarkan diri, ketika melakukan tariannya dalam satu pertunjukan yang dilakukan satu tahun sekali di dua desa di Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur. Kedua desa itu adalah Desa Olesari dan Kelurahan Bakungan, keduanya berda di wilayah Kecamatan Glagah. Di Kelurahan Bakungan dilakukan menjelang “surup”sampai tengah malam, tetapi di Desa Olesari kegiatannya berlangsung setengah hari selama tujuh hari, menjelang sore sampai “surup”. Upacara adat SEBLANG bernilai ritual.
Ritual itu dilakukan oleh seorang gadis remaja yang baru menginjak usia dibawah tiga belas tahun atau oleh seorang perempuan yang sudah berusia lanjut diatas tujuh puluh tahun. Penari seblang yang tak sadarkan diri itu telah dikuasai oleh kekuatan yang tidak nyata yang dipercaya sebagai kekuatan gaib, merupakan bagian dari kepercayaan masyarakat sebagai arwah leluhur atau arwah “buyut”. Upacara adat SEBLANG merupakan tarian ritual yang paling tua dan sangat potensial di Kabupaten Banyuwangi. Terutama di kalangan masyarakat “using”, bagian dari etnik jawa yang dahulunya terisolasi karena perang yang tiada henti-hentinya dengan kerajaan-kerajaan tetangga dan terakhir dengan kompeni Belanda, kegiatan upacara adat seblang itu di maksud untuk menjadi penghubung antar warga desa dengan arwah para leluhurnya yang disebut buyut. Selain itu sebagai usaha untuk memperoleh ketentremen, keselamatan dan kesuburan tanah yang digarapnya serta keberhasilan masa panen berikutnya.
Seblang
Sejarah
Perjalanan sejarah yang cukup panjang itu membentuk karakter budaya yang berbeda dengan jawa. Cirri khas dari karakteristik yang menonmjol adalah “Sinkrelisme”, yaitu dapat menerima dan menyerap budaya masyarakat luar untuk di produksi kembali menjadi budaya “using”, suatu julukan bagi masyarakat yang tersisa oleh masyarakat pendatang terutama pendatang dari Mataram, budaya masyarakat using sangat akomodatif terhadap kekuatan supra natural yang bernilai magic, termasuk yang sangat menonjol upacara adat seblang. Sejarah seblang kalau di kaitkan dengan sejarah perjuangan rakyat Blambangan melawan kompeni Belanda, boleh jadi perkembangannya setelah perang puputan bayu 1771, sebab kalau di lihat bentuk yang disimbulkan dalam parody geraknya dengan sejumlah gending – gending yang dilantunkan, merupakan kesatuan yang tak terpisahkan dengan sejarah seblang itu sendiri, Khusus untuk seblang di Kelurahan Bakungan. Manifestasi itu diperlambangkan dalam gerak dan gending sebanyak 12 judul. Penari seblang melakukan gerakan parody dalam keadaan tidak sadar selama hampir 5 jam, di depan bangunan sanggar yang bergantungan berbagai macam hasil bumi yang ada di Kelurahan Bakungan. Penari seblang dalam keadaan tidak sadar, talah dipersiapkan diarena pentas dengan kepulan asap perdupaan, sehingga membuat sekitar arena terkesan penuh dengan misteri,seperti abad 17.