Gandrung

Gandrung merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Banyuwangi, sebuah Kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur pulau Jawa, di kawasan Tapal Kuda, dan berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di sebelah barat. Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur sekaligus menjadi yang terluas di Pulau Jawa, dengan luas wilayahnya yang mencapai 5.782,50 km2, atau lebih luas dari Pulau Bali (5.636,66 km2). Di pesisir Kabupaten Banyuwangi, terdapat Pelabuhan Ketapang, yang merupakan penghubung utama antara pulau Jawa dengan pulau Bali.

Tari Gandrung sendiri bahkan sudah sudah menjadi ikon dan maskot bagi pariwisata Kota Banyuwangi sejak bulan Desember tahun 2000. Hal ini juga yang menyebabkan Banyuwangi dijuluki sebagai Kota Gandrung.

Gandrung

Asal Istilah

Kata “Gandrung” sendiri dapat dimaknai sebagai terpesonanya masyarakat Blambangan yang agraris kepada Dewi Sri. Dewi Sri ialah Dewi Padi yang diyakini dapat membawa kesejahteraan bagi masyarakat.  Tari Gandrung biasanya digelar oleh masyarakat sebagai bentuk ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang didapat.

Penari Gandrung (wanita) menari bersama atau berpasangan dengan Pemaju yakni para tamu laki-laki. Pemaju dikenal juga sebagai Paju.

Gandrung

Sejarah

Tari gandrung pada mulanya dibawakan oleh laki-laki yang berpakaian layaknya perempuan. Perkembangan islam di bumi Blambangan menjadi salah satu alasan laki-laki berpenampilan seperti perempuan tidak lagi menampilkan tari gandrung. Gandrung lanang mulai menghilang karena filosofi islam yang melarang laki-laki berdandan seperti perempuan. Setelah kematian penari terakhir gandrung laki-laki yaitu Marsan, era gandrung lanangpun berakhir. Pada mulanya Gandrung hanya boleh ditarikan oleh keturunan penari sebelumnya, namun seiring dengan perkembangan zaman tari Gandrung boleh ditarikan oleh siapapun.

Sejarah Gandrung bermula pada tahun 1895 yang menceritakan seorang anak kecil berumur 10 tahun bernama Semi.  Menurut cerita yang dipercaya, pada saat itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Orang tua Semi telah melakukan berbgai cara untuk kesembuhan anaknya termasuk pergi ke dukun. Namun Semi tak kunjung sembuh, sehingga Mak Midhah yaitu Ibu Semi bernazar apabila putrinya sembuh maka ia akan menjadikannya Seblang (sebutan untuk penari). Ternyata Semi sembuh dan kemudian dijadikan penari sekaligus dimulainya babak baru tari Gandrung yang ditarikan oleh seorang perempuan. Tradisi Tari Gandrung pun dimulai dengan dimainkan oleh Semi yang diikuti oleh adik-adiknya dan anak-anak perempuan lain. Kesenian ini berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon atau ciri khas Kabupaten Banyuwangi. Sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian. Tari Gandrung sering dijumpai di berbagai acara seperti acara pernikahan, khitanan, dan pada acara hari peringatan kemerdekaan. Selain itu Kabupaten Banyuwangi juga menyelenggarakan sebuah event dari Banyuwangi festival khusus gandrung, yang sering disebut sebagai “Gandrung Sewu” (seribu Gandrung) yang diadakan rutin setiap tahun sejak 2012. Gandrung Sewu digelar untuk mengenalkan kebudayaan Banyuwangi khususnya Gandrung ke khalayak luas.

has been added to the cart. View Cart